seperti hari-hari biasa di akhir semester 7 dan awal semester 8 (yang sekarang sering saya sebut, semester skripsi), saya datang ke kampus untuk ber-"alay-alay" ria
Yah, tidak bisa dibilang ber-"alay-alay" juga karena biasanya saya ke kampus untuk urusan kecil saja. Kebetulan registrasi akademik online sedang agak bermasalah juga maka dengan segala kemawasan diri saya mewajibkan diri ke kampus untuk berkonsultasi dengan staf SIAK-NG di fakultas atau kalau perlu saya akan ke rektorat juga, khawatir terjadi apa-apa di awal semester nanti.
Sengaja saya datang pagi hari ini, biasanya saya berleha-leha dulu di rumah sampai hari agak siang dan baru sampai kampus ba'da dzuhur.
Karena teman saya mengajak saya untuk berangkat bareng, maka saya langsung tancap gas dari rumah jam 08.30 pagi tanpa sarapan karena memilih utk makan di luar saja (hehhee...., ketawan yg lagi ngidam mie ayam).
Singkat cerita, kami sudah duduk bersama di kedai mie ayam dekat kampus. Dia berkeluh tentang masalah registrasi akademik di kampus kami yang ajaib. Sedikit saya bersinggung cerita soal hal-hal seputar skripsi dan kelulusan.
Ya, kami berdua adalah salah satu diantara mahasiswa yang gagal lulus 3,5 tahun. Boleh dibilang ini adalah obsesi yang cukup tinggi. Meski demikian saya telah melihat sendiri teman-teman yan telah terlebih dahulu lulus, sekarang pun masih bingung akan kemana.
Singkat cerita, kami sudah bertukar topik pembicaraan tentang pekerjaan yang akan kami geluti nanti. Yang saya kenal, teman saya yang satu ini sudah punya masa depan jelas yang akan bidang yang akan ia geluti nantinya. Terlihat jelas dari keahlian yang sudah ia tonjolkan di luar kuliah dan pekerjaan sambilannya. Prestasi-prestasinya di bidang media online saja sudah banyak dan sudah sering memenangkan lomba blog.
Saya sendiri. Yah, beginilah. Sudah lama bercita-cita menjadi seorang dosen tapi kalau dipikir-pikir sulitnya seleksi masuk dosen belum lagi tuntutan yang harus dipenuhi seperti persaingan dengan dosen lain dan ancaman rasionalisasi. Ahhh...., hal ini yang membuat saya tidak mantap menjawab ingin jadi dosen. Kadang-kadang saya sendiri suka mengutarakan hal yang berbeda-beda bila ditanya cita-cita sama orang lain. Pengin jadi PNS lah, pengin kerja di CSR, lah. Intinya, semudah itu pula kita mengganti cita-cita.
Saya sendiri jadi teringat dulu waktu semester awal kuliah dengan teman saya itu. Kami berbeda jurusan namun masih kenal karena sering satu kelas. Masih ingat, awalnya saya yang mengajak ia untuk membuat blog. Kami sama-sama senang seperti anak SD yang baru kenal buku cerita baru, kartun baru, atau koleksi bonek baru. Masih polos dengan mainan baru kami itu. Kami sering tukar bertukar alamat blog, saling suggest halaman blog di facebook, saling ikut lomba blog, dll. Tapi tidak tahu kenapa?, justru teman saya ini yang lebih dulu maju blogn ya
Sudah banyak kali saya ikut lomba blog tapi lebih sering ia yang menang. Saya dulu cukup berambisi tinggi dengan blog saya dan bahkan bercita-cita menjadikannya sebagai blog bahan tulisan dan pemikiran. Tapi parahnya sekarang saya malah jarang posting alias hiatius. Ahh...semudah itu pulakah ambisi menghilang.
Hari ini saya belajar sesuatu. Sesuatu yang di luar ambisi. Dalam waktu 5 tahun menjalani hidup, menempu tahap remaja awal, akhir dan kini memasuki tahap kedewasaan. Saya belajar bahwa ambisi saja tidak cukup dalam hidup ini. Perlu ada ketabahan, kerendahhatian, dan kesabaran. Mungkin hal-hal itulah yang hilang dari hidup saya selama ini.
Terkadang saya melihat diri ini ibarat pacul petani yang dipakai kerja tanpa henti. Memacul tanah keras, bekerja tanpa lelah, dan penuh ambisi. Tapi hal tersebut malah akan membuatnya cepat lelah dan tentu saja petani tersebut tak akan sesukses petani lain.
Dia dengan cukup mantap menyatakan cita-citanya. Seperti remaja yang telah melewati tahap identity vs identity confusion kalau yang Erik Erickson bilang. Mungkin Erickson kurang melengkapi teorinya atau saya yang kurang membaca buku. Kita tidak sekedar butuh ambisi dan lingkungan yang mendukung dalam mencapai jati diri tapi kita juga harus kuat, tahan banting, dan menerima resiko.
Baiklah, jika kita sekarang sudah memiliki gambaran masa depan yang cukup jelas. Kita bahkan telah merencanakan hidup kita. Tapi kita takut gagal. Kita takut tidak akan menjadi orang yang sempurna. Maka seketika itu jugalah kita akan terombang-ambing di masa depan. Kita akan ragu mengatakan cita-cita kita yang sebenarnya. Seketika itu juga kita kembali ke tahap identity confusion seperti orang yang tidak punya jati diri.
Di dunia ini tidak ada jalan yang mudah memang. If you dream it you have to be brave to take the risks.
Maka, sekarang saya harus yakin, saya ingin menjadi dosen. Dia yang menginspirasi saya untuk yakin. Ya, jika orang lain saja yakin mengatakan cita-citanya, saya juga harus yakin.
Dengan mengucap nama Allah dan dengan ridha Allah tentunya, mulai saat ini saya harus yakni saya ingin menjadi dosen. Apapun resikonya. Saya tidak boleh ragu-ragu. Mungkin saya akan mengalami kesulitan. Mungkin saya akan tidak dianggap pada awalnya. Mungkin saya akan menjadi dosen magabut. Tapi tidak untuk selamanya, hanya untuk masa-masa awal saja. Mungkin saya tidak bisa dapat scholarship di luar negeri. Atau mungkin jika saya dapat maka saya akan mendapat kesulitan di negeri orang sana. Tapi sekali lagi saya tidak boleh ragu dan terombang-ambing. Cita-cita hanya satu. Kalau dari sekarang tidak fokus maka akan lebih sulit ke depannya dan barangkali (naudzubillah) kita malah tidak akan bisa menjadi apa-apa.
Mau jadi PNS, sekarang pun sulit. Tes PNS sudah ditutup. Jumlah permintaan PNS sudah dikurangi. Dan kalau kita ikutpun mungkin kita tidak akan dapat. Tapi, apa kita harus menyerah. Tentu tidak, kita tetap harus fokus pada cita-cita. Itulah yang membuat kita lebih rajin berdoa bukan.
#note for self in 3rd February '12:
I have on dream, one big dream. I want to become a lecture so i can develop my knowledge, do research, educate people, moreover i can give big contribution to the welfare of people. So, i have to keep this always in my hand, my souls, and my mind. Don't become afraid about the risk. Something will be difficult at once but not forever. Keep faith and pray only to Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar