
Finally...kesampean juga keinginan eike nonton film ‘Merah Putih’. Untung tadi gak pake ngulur-ngulur waktu. Alhamdulillah.
Jadi, kejadiannya begini kawan. Saya kan kepingin banget nonton film ‘Merah Putih’ atau ‘Merantau’. Sekalian pengin lihat perkembangan film Indonesia belakangan ini (baca postingan saya yang lama). Tapi entah mengapa sejak filmnya di release ada aja kerjaan yang mengakibatkan saya gak bisa dateng ke bioskop.
Nah, hari minggu ini kebetulan adik saya ngajakin. Awalnya mau bareng Yazka, temennya. Tapi akhirnya Yazka gak jadi dan kita pun akhirnya memutuskan nonton di Citos (Cilandak Town Square) siang hari.
Awalnya udah setengah hati banget mau berangkat. Berhubung cuma berdua bareng adekku, Tia, aja. Si Tia juga ogah-ogahan gitu nonton bareng aku..huuuhh. tapi akhirnya kita paksain aja berangkat berhubung udah dikasih uang sama ibu.
Sesampainya di bioskop ternyata lagi gak banyak penontonnya. Padahal hari minggu ya, aneh. Kita pun dapet tempat di studio 2. Btw, studio 21 di citos tuh kecil banget loh tapi pewe.
Jumlah penonton saat itu gak begitu banyak. Gak nyampe setengahnya. Paling pada nonton UP atau G.I.Joe. Huhu...miris deh.
Anyway, film Merah Putih lumayan bagus juga. Ceritanya keren, tentang pertempuran tentara Indonesia dengan Belanda pada saat agresi militer yang dilakuan belanda. Tokoh-tokoh dalam film itu terdiri dari 5 orang prajurit yang tergabung dalam kesatuan yang sama dan dilatih dalam kamp yang sama. Mereka sama-sama mendaftar di sekolah tentara rakyat pada saat agresi militer belanda.
Ke-5 prajurit itu berasal dari latar belakang yang berbeda. Thomas (yang meranin siapa ya? pokoknya pernah muncul di video klip Andra&The Backbone yang hitamku) berasal dari Manado, ia hanya petani miskin yang merasa tergerak untuk membela Indonesia karena pernah melihat kekejaman tentara belanda terhadap penduduk di desanya. Yang kedua Marius (yang meranin Darius) dan yang ketiga Soeroyo (Zomi Zola^^) berasal dari keluarga priyayi jawa. Yang keempat Amir (Lukman Sardi) orang jawa juga yang dulunya adalah seorang guru. Ia terpakasa meninggalkan istrinya yang sedang hamil demi menolong istrinya. Dan yang terakhir, Wayan, orang bali yang sangat santun.
Konflik mereka bermula saat Marius mengolok-olok Thomas yang notabene sangat berbeda dari kebanyakan prajurit. Hanya karena ia orang manado dan kristen. Marius sendiri digambarkan sebagai seorang yang sombong dan suka cari gara-gara. Mungkin karena
berasal dari keluarga priyayi.
Tapi pada akhirnya mereka pun akhirnya menjadi teman baik. Terutama pada saat belanda menyerang dan mereka menjadi satu-satunya laskar yang tersisa.
Ughh..di tengah-tengah cerita Zomi Zola mati. Huhuhu....
Maka mereka jadi tinggal berempat deh. Tapi meski demikian mereka saling bahu membahu. Amir menjadi letnan, Marius diandalkan dalam hal pengetahuan strategi, mengobati, dan menyetir mobil (tapi ia sebenarnya takut berperang dan tidak bisa menembak dengan benar), Thomas dalam kenekatannya, dan Wayan yang tenang jadi penasihat sekaligus pendamai. Di akhir cerita mereka yang tinggal berempat itu akhirnya berhasil menggagalkan rencana belanda yang ingin menuju ke selatan desa dengan membom mobil tank pembawa bahan bakar kapal. Wah, the final scene nya keren banget!. Mobil tank nya meledak semua!. Keren dah.
Overall, film ini sudah cukup bagus. Selain tema yang diangkat nasionalis banget, sinematografinya juga oke, untuk ukuran film action dalam negeri. Menurut sumber dari detik.com film ini menghabiskan dana Rp 60M!. Wow, dana itu sebagian besar dihabiskan untuk special effect. Katanya untuk adegan tersebut pihak PH nya sampai memakai jasa seorang ahli special effetct dari Hollywood. Gile..!
Tapi ada kekurangan dalam film ini. Kekurangan yang paling utama adalah sensitifitas issue yang diangkat. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, tokoh-tokoh dalam film ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Nah, ini dia ni yang rasanya gak pas sama filmnya. Adegan perkelahian antara Marius dan Thomas karena kalung salibnya diambil itu kayaknya gak enak banget deh. Kenapa musti ditaroh di skenario ya?.
Selain itu, penggambaran Marius yang nakal juga kayaknya gak pas sama imej masyarakat indonesia pada umumnya. Masa orang indonesia suka minum brandi. Terus suka dansa-dansa kayak di film bule aja ini mah.
Mungkin karena sutradara dan penulis skenarionya orang luar kali yah jadi penggambaran karakter dan ceritanya jadi mirip film sana.
Kalo mau digambarin Marius nya tuh mirip Ben Affleck di Pearl Harbour. Flamboyan gitu deh.
But..that bothering me most is masalah agamanya itu loh. Dalam film itu tempat pelatihan prajurit dipimpin sama seorang jenderal yang taat beragama. Terus digambarkan seakan-akan jenderal itu rasis banget. Dia mengangkat Amir dan Soeroyo sebagai letnan pemimpin pasukan karena mereka muslim. Ada dialognya gitu,” Karena kamu seorang muslim yang taat, Amir maka saya akan mengangkatmu sebagai letnan disini”. Ah..Indonesia gak rasis gitu kok. Saya sendiri gak percaya kalau di kesatuan TNI ada tindakan rasis begitu. Udah melenceng banget deh dari sejarah.
Kenapa ya?. Apa karena sutradaranya orang bule jadi mereka sengaja.... Ahh..jadi bad thingking gini. Yah kita gak tau yang sebenarnya. Tapi yang penting kita ambil saja pelajaran dari film ini. Setidaknya Indonesia sudah bisa bikin film heroik. Gak kalah sama yang lain. Jadi ternyata semangat nasionalis orang Indonesia cukup tinggi juga yah. Saya jadi inget kata pak Paulus, dosen SSI, waktu di Malaysia dia nyanyi lagu nasional terus orang malaysia nanya kok indonesia bisa punya lagu sebagus dan seheroik ini. Wahh..orang malaysia aja sampai heran tuh. Maklum lah mereka merdekanya kan gak kaya kita.
Jadi, intinya film Merah Putih ini sudah cukup bagus. Hal ini setidaknya bisa membuktikan bahwa perfilman Indonesia membuka peluang bagi sineas-sineas muda untuk membuat film dengan tema serupa dan dengan special effect yang lebih keren. Namun kekurangan film ini terletak dari ketidaksesuaian pengkarakterkan tokoh dengan kondisi riil masyarakat Indonesia. Dan sebaiknya tidak usah naroh hal-hal rasis yang sensitif , misalnya agama atau kesukuan dalam skenarionya.
Btw, pas gue nonton film ini belum selesai. Masih ada triloginya. Oke deh kita tunggu aja yang kedua. Semoga dapat kesempatan nonton lagi dan semoga yang kedua lebih baik dari yang pertama. Amin..
Nb: Di citos banyak cowok gantengnya. Ada banyak bule juga. Jadi ketagihan main ke citos :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar