.jpg)
.jpg)
foto ketika saya dan teman-teman mengunjungi YABIM (doc.pribadi)
Inspiring!!, perasaaan yang saya rasakan ketika mengunjungi Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) yang berlokasi di dekat terminal Depok. Ceritanya pada hari Rabu 8 April, saya dan teman-teman mengadakan kunjungan ke yayasan-yayasan sosial sebagai bagian dari tugas mata kuliah kami. Awalnya kami berniat untuk mengunjungi Komnas Anak tapi karena lain hal niat itu terpaksa dibatalkan. Akhirnya saya dan teman-teman pergi mengunjungi YABIM yang kebetulan lokasinya dekat sekali dengan kampus UI.
Ide untuk memilih YABIM datang ketika saya menghadiri suatu acara dimana dalam acara tersebut ditampilkan pertunjukan musik oleh anak-anak jalanan. Uniknya alat musik yang mereka gunakan terdiri dari barang-barang bekas, seperti galon, botol sirup, dll. Oh, ya sebagai informasi grup musik itu bernama Tresik dan pernah juga manggung di OKK UI 2008. Terpukau dengan aksi mereka saya pun menyarankan pada teman saya untuk mengunjungi YABIM, tempat anak-anak jalanan tersebut berasal. Syukur mereka menyetujuinya.
Akhirnya sampailah kami di terminal depok yang ramai pada Rabu sore itu. Karena telah janjian dengan salah satu pengurus YABIM, Pak Sofyan, kami diantarkan masuk menyusuri gang kecil sampai ke gedung yayasannya. Yah, walau kurang tepat dikatakan gedung sebab bangunannya sangat sederhana, tapi setidaknya bisa mendukung kegiatan yayasan.
Kami melihat-lihat di sekitar yayasan. Teman saya mengambil foto. Kami dipandu oleh Pak Sofyan. Beliau sangat baik. Ia menyambut kami dengan ramah dan janjian on time. Di sana saya melihat ruang kegiatan belajar mengajar, ada juga sanggar kretifitasnya dan balai kesehatan. Ada bangunan yang sekilas mirip peti kemas yang katanya digunakan untuk ruang kelas SD dan aula serbaguna. Hampir seluruh bangunan di YABIM bercat hijau.
Setelah puas berkeliling kami bertemu dengan pendiri dan juga pengurus YABIM, Pak Nurrohim. Beliau ini orang yang sangat ramah dan baik. Kami dipersilahkan ngobrol di ruang sekretariat sampai dua jam lamanya. Dan beliau merasa tidak sungkan meladeni pertanyaan-pertanyaan kami.
Dari hasil percakapan kami dengan Pak Nurrohim kami mengetahui bahwa yayasan ini tidak didirikan dengan mudah. Pak Nurrohim sendiri menceritakan sebelum yayasan ini berdiri tahun 2001 ia adalah seorang pengusaha. Sebagai pebisnis ia terbilang cukup sukses. Namun, karena krisis tahun 1998 usahanya mengalami kelesuan.
Ketika sedang menunggu warung di terminal Depok ia memperhatikan anak-anak jalanan yang berkeliaran disana. Tak disangka hati kecilnya terketuk. Ia merasa iba dengan kehidupan anak-anak jalanan tersebut. Mereka sering dipukuli petugas ketertiban, terjebak kehidupan gelap, dan tidak mendapat pendidikan.
Berangkat dari kepeduliannya itu, Pak Nurrohim bersama rekan-rekannya mencetuskan ide untuk membangun sebuah sekolah terbuka. Pada tahun 2001 ide itu terealisasi. Karena belum memiliki lahan sendiri mereka memakai sebagian tempat di musholla untuk kegiatan belajar mengajar. Di balik segala keterbatasannya sekolah terbuka itu bisa menjaring 700 anak jalanan. Jumlah ini di luar perkiraan Pak Nurrohim.
Seiring perkembangannya sekolah terbuka ini mulai sering dikenal banyak orang dan pada 4-5 tahun yang lalu sekolah terbuka ini mendapat izin dari dinas. Kemudian sekolah terbuka ini menempati lahan sendiri di dekat terminal depok dan merubah nama menjadi YABIM.
Kesulitan yang ditemui dalam mendirikan yayasan ini adalah kurangnya relawan sebagai tenaga pengajar. Dari sisi minat anak jalanan sendiri tidak ada masalah sebab mereka sudah peunya kemauan untuk sekolah. Selain itu, pak Nurrohim juga mengatakan, kesulitan yang lain datang dari petugas ketertiban sebab terkadang mereka suka memukul anak-anak jalanan ketika sedang mengamen di terminal.
Yang sulit juga apabila ada anak jalanan yang terkena penyakit serius. Walau YABIM punya balai kesehatan sendiri tapi sarananya tidak memadai untuk menyembuhkan penyakit berat. Pernah suatu kali ada anak asuh yang sakit berat dan dirawat di rumah sakit karena tidak ada biaya anak itu ditahan di RS tersebut. Kemudian teman-temannya menyusup ke RS dan menjemput teman mereka diam-diam.
Sedangkan dari sisi dimana lembaga-lembaga sosial sering mengalami kesulitan yaitu pendanaan Pak Nurrohim sendiri mengatakan mereka tidak menemui kesulitan dalam hal tersebut. Banyak donatur yang menyumbang ke YABIM. Ada yang dari perusahaan maupun perorangan.
Bahkan tanah yang mereka miliki sekarang sebagian ada yang berasal dari hibah seorang dermawan. Selain itu, mereka juga memperoleh sumber pendapatan asli dari usaha koperasi yang mereka jalankan dan juga dari honor manggung band Tresik.
Selain memberikan pendidikan bagi anak jalanan (TK, SD, SMP, dan SMA sesuai kurikulum BNSP) YABIM juga memberikan pelayanan bagi penduduk di sekitar terminal depok, seperti: layanan kesehatan gratis, pelatihan keterampilan khusus (menyablon, mengetik), dll.
Bagi pelatihan keterampilan khusus ini mereka membuka kelas eksekutif yang terbuka untuk umum dan ditujukan bagi mereka yang sudah punya pekerjaan namun ingin meningkatkan kemampuan di bidang lain, misalnya tukang becak ingin menjadi petugas kasir maka diberi ketermpilan menggunakan mesin hitung.
Metode belajar di YABIM berbeda dengan sekolah pada umumnya, sebab anak-anak jalanan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak biasa. Mereka lebih membutuhkan perhatian dan pendidikan moral dibanding pelajaran-pelajaran yang bersifat teoritis. Jadi, fokus pendidikan YABIM adalah pada pembentukan pribadi dan ketermpilan anak-anak asuhnya.
Dari hasil percakapan selama dua jam tersebut kami juga mengetahui bahwa hidup yang dialami anak-anak jalanan di YABIM memang berat. Mereka terlahir dalam kehidupan yang serba kurang. Kurang materi dan kurang pengetahuan. Pak Nurrohim sendiri menceritakan kalau ternyata ada anak-anak jalanan yang tidak tahu nama orang tua dan bahkan namanya sendiri!. Mungkin kondisi keluarga yang kurang baik menyebabkan mereka jadi seperti ini. Di YABIM anak-anak jalanan tersebut dinamai dengan nama guru-guru pendidik di sana.
YABIM telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di sekitar terminal depok. Dulu sebelum yabim berdiri di terminal Depok banyak supir yang suka mabuk-mabukkan. Bahkan mushola sering dijadikan tempat minum-minum. Ketika YABIM berdiri supir-supir bengal itu takut minum-minum lagi di terminal Depok.
Anak-anak jalanan di terminal Depok sekarang telah menemukan oase bagi mereka untuk berlindung dan bermain. Syukur anak didik YABIM kini telah ada yang lulus seleksi SIMAK UI. Pak Nurrohim ingin suatu saat bisa menyekolahkan anak didiknya ke ke luar negeri. Semoga saja bisa terwujud.
Ide untuk memilih YABIM datang ketika saya menghadiri suatu acara dimana dalam acara tersebut ditampilkan pertunjukan musik oleh anak-anak jalanan. Uniknya alat musik yang mereka gunakan terdiri dari barang-barang bekas, seperti galon, botol sirup, dll. Oh, ya sebagai informasi grup musik itu bernama Tresik dan pernah juga manggung di OKK UI 2008. Terpukau dengan aksi mereka saya pun menyarankan pada teman saya untuk mengunjungi YABIM, tempat anak-anak jalanan tersebut berasal. Syukur mereka menyetujuinya.
Akhirnya sampailah kami di terminal depok yang ramai pada Rabu sore itu. Karena telah janjian dengan salah satu pengurus YABIM, Pak Sofyan, kami diantarkan masuk menyusuri gang kecil sampai ke gedung yayasannya. Yah, walau kurang tepat dikatakan gedung sebab bangunannya sangat sederhana, tapi setidaknya bisa mendukung kegiatan yayasan.
Kami melihat-lihat di sekitar yayasan. Teman saya mengambil foto. Kami dipandu oleh Pak Sofyan. Beliau sangat baik. Ia menyambut kami dengan ramah dan janjian on time. Di sana saya melihat ruang kegiatan belajar mengajar, ada juga sanggar kretifitasnya dan balai kesehatan. Ada bangunan yang sekilas mirip peti kemas yang katanya digunakan untuk ruang kelas SD dan aula serbaguna. Hampir seluruh bangunan di YABIM bercat hijau.
Setelah puas berkeliling kami bertemu dengan pendiri dan juga pengurus YABIM, Pak Nurrohim. Beliau ini orang yang sangat ramah dan baik. Kami dipersilahkan ngobrol di ruang sekretariat sampai dua jam lamanya. Dan beliau merasa tidak sungkan meladeni pertanyaan-pertanyaan kami.
Dari hasil percakapan kami dengan Pak Nurrohim kami mengetahui bahwa yayasan ini tidak didirikan dengan mudah. Pak Nurrohim sendiri menceritakan sebelum yayasan ini berdiri tahun 2001 ia adalah seorang pengusaha. Sebagai pebisnis ia terbilang cukup sukses. Namun, karena krisis tahun 1998 usahanya mengalami kelesuan.
Ketika sedang menunggu warung di terminal Depok ia memperhatikan anak-anak jalanan yang berkeliaran disana. Tak disangka hati kecilnya terketuk. Ia merasa iba dengan kehidupan anak-anak jalanan tersebut. Mereka sering dipukuli petugas ketertiban, terjebak kehidupan gelap, dan tidak mendapat pendidikan.
Berangkat dari kepeduliannya itu, Pak Nurrohim bersama rekan-rekannya mencetuskan ide untuk membangun sebuah sekolah terbuka. Pada tahun 2001 ide itu terealisasi. Karena belum memiliki lahan sendiri mereka memakai sebagian tempat di musholla untuk kegiatan belajar mengajar. Di balik segala keterbatasannya sekolah terbuka itu bisa menjaring 700 anak jalanan. Jumlah ini di luar perkiraan Pak Nurrohim.
Seiring perkembangannya sekolah terbuka ini mulai sering dikenal banyak orang dan pada 4-5 tahun yang lalu sekolah terbuka ini mendapat izin dari dinas. Kemudian sekolah terbuka ini menempati lahan sendiri di dekat terminal depok dan merubah nama menjadi YABIM.
Kesulitan yang ditemui dalam mendirikan yayasan ini adalah kurangnya relawan sebagai tenaga pengajar. Dari sisi minat anak jalanan sendiri tidak ada masalah sebab mereka sudah peunya kemauan untuk sekolah. Selain itu, pak Nurrohim juga mengatakan, kesulitan yang lain datang dari petugas ketertiban sebab terkadang mereka suka memukul anak-anak jalanan ketika sedang mengamen di terminal.
Yang sulit juga apabila ada anak jalanan yang terkena penyakit serius. Walau YABIM punya balai kesehatan sendiri tapi sarananya tidak memadai untuk menyembuhkan penyakit berat. Pernah suatu kali ada anak asuh yang sakit berat dan dirawat di rumah sakit karena tidak ada biaya anak itu ditahan di RS tersebut. Kemudian teman-temannya menyusup ke RS dan menjemput teman mereka diam-diam.
Sedangkan dari sisi dimana lembaga-lembaga sosial sering mengalami kesulitan yaitu pendanaan Pak Nurrohim sendiri mengatakan mereka tidak menemui kesulitan dalam hal tersebut. Banyak donatur yang menyumbang ke YABIM. Ada yang dari perusahaan maupun perorangan.
Bahkan tanah yang mereka miliki sekarang sebagian ada yang berasal dari hibah seorang dermawan. Selain itu, mereka juga memperoleh sumber pendapatan asli dari usaha koperasi yang mereka jalankan dan juga dari honor manggung band Tresik.
Selain memberikan pendidikan bagi anak jalanan (TK, SD, SMP, dan SMA sesuai kurikulum BNSP) YABIM juga memberikan pelayanan bagi penduduk di sekitar terminal depok, seperti: layanan kesehatan gratis, pelatihan keterampilan khusus (menyablon, mengetik), dll.
Bagi pelatihan keterampilan khusus ini mereka membuka kelas eksekutif yang terbuka untuk umum dan ditujukan bagi mereka yang sudah punya pekerjaan namun ingin meningkatkan kemampuan di bidang lain, misalnya tukang becak ingin menjadi petugas kasir maka diberi ketermpilan menggunakan mesin hitung.
Metode belajar di YABIM berbeda dengan sekolah pada umumnya, sebab anak-anak jalanan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak biasa. Mereka lebih membutuhkan perhatian dan pendidikan moral dibanding pelajaran-pelajaran yang bersifat teoritis. Jadi, fokus pendidikan YABIM adalah pada pembentukan pribadi dan ketermpilan anak-anak asuhnya.
Dari hasil percakapan selama dua jam tersebut kami juga mengetahui bahwa hidup yang dialami anak-anak jalanan di YABIM memang berat. Mereka terlahir dalam kehidupan yang serba kurang. Kurang materi dan kurang pengetahuan. Pak Nurrohim sendiri menceritakan kalau ternyata ada anak-anak jalanan yang tidak tahu nama orang tua dan bahkan namanya sendiri!. Mungkin kondisi keluarga yang kurang baik menyebabkan mereka jadi seperti ini. Di YABIM anak-anak jalanan tersebut dinamai dengan nama guru-guru pendidik di sana.
YABIM telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di sekitar terminal depok. Dulu sebelum yabim berdiri di terminal Depok banyak supir yang suka mabuk-mabukkan. Bahkan mushola sering dijadikan tempat minum-minum. Ketika YABIM berdiri supir-supir bengal itu takut minum-minum lagi di terminal Depok.
Anak-anak jalanan di terminal Depok sekarang telah menemukan oase bagi mereka untuk berlindung dan bermain. Syukur anak didik YABIM kini telah ada yang lulus seleksi SIMAK UI. Pak Nurrohim ingin suatu saat bisa menyekolahkan anak didiknya ke ke luar negeri. Semoga saja bisa terwujud.
Hai mbak, salam kenal.
BalasHapussaya dan istri dulu aktif di pendampingan anak jalanan sewaktu di jogja. kini kami tinggal di jakarta. pengen terlibat lagi, saat baca blog ini. bisa kasih informasi kontak person rekan-rekan YABIM mbak?? .. thanks banget ya.
(ohya, di jogja saya juga melatih anak-anak jalanan panjat tebing. beberapa dr mereka berprestasi dan dapat uang pembinaan rutin dari KONI.. barangkali peralatan panjat pribadi saya bisa dipakai untuk ekstarkurikuler panjat di YABIM...)
irfan, 081 390 110 488