Sore itu langit begitu gelap. Hari ini, Jumat sore, Marie hendak pulang ke rumah. Namun, perjalanan pulang kali ini tak semudah biasanya. Mendadak langit mendung dan seketika suasana menjadi begitu gelap.
Marie sedang berada dalam angkutan kota. Di dalam angkutan itu ada setidaknya lima orang pria dan empat orang wanita termasuk Marie. Tiba-tiba Marie melihat sekelebat cahaya memancar di langit, kilat.
Marie membungkukan badanya seraya menutupi wajahnya takut-takut suara petirnya begitu keras.
Namun, ternyata suara petir itu tidak begitu keras. Pfiuh..., batin Marie dalam hati. "Ughh..gara-gara aku kelamaan main di kampus sih jadi pulangya kesorean", Marie menyesal dalam batinnya.
Marie heran melihat orang-orang di dalam angkot tidak ada yang memperlihatkan mimik khawatir. Mungkin mereka sudah terbiasa pulang sore.
Sebenarnya pada saat itu waktu masih menunjukkan pukul enam sore. Marie sudah sering pulang jam enam tapi langit di luar memanipulasi waktu sehingga terlihat seperti jam sembilan malam atau lebih.
"Ah..sudahlah cuek saja...," Marie berusaha menenangkan batinnya atas kilat yang acapkali menyambar-nyambar. Marie mengucap doa dalam hati.
Akhirnya angkot sampai di dekat rumah marie. Setelah itu marie akan berjalan kaki sampai rumah. Kiri bang..ucap marie. Angkot berhenti di halte. Marie turun dengan hati-hati.
"Ah..langit gelap sekali..kok kaya di film horor ya..", Marie bergidik ngeri. Aduh mana musti jalan lagi, takut kesamber petir deh..
Tiba-tiba marie teringat dengan berita orang yang tersambar petir saat sedang memancing di danau dekat kampusnya. Ihh..jangan sampai aku begitu.
Marie ingin sekali cepat sampai rumah makanya ia memberanikan diri berjalan di tengah gelap walau sebenatnya ia takut sekali dengan petir yang menyambar-nyambar itu.
Hyuu...angin bertiup kencang. Glar..glar..!! ada suar petir yang dekat sekali. “Astagfirullah!!” marie kaget. Haah..haahh marie begitu shock. Ia menarik napas menenangkan diri. Bagaimanpun aku harus sampai rumah.
Marie teringat ibu, bapak, dan adiknya di rumah. Pasti mereka sedang enak-enakan sekarang di rumah. Ia juga teringat hidangan malam yang telah ibunya siapkan. Humm...pasti enak banget, tuh.Marie meneruskan langkahnya.
Marie bagaikan berjalan menuju luban ggelap. Dingin disana-sini. Tapi, untungnya masih banyak orang di jalan. Toko-toko belum tutup. Pedagang dan pembeli masih beraktifitas seprti biasanya.
Heran kok orang-orang masih bisa tenang ya...tapi marie merasa beruntung karena ditemani.
Setelah lama berjalan ia sampai di rumahnya. Rumah sederhana yang manis bercat coklat muda.
"Assalamualaikum, ibu aku sudah sampai".
"Wa'alaikumsalam, nak. Alhamdulillah sudah pulang kamu kehujanan tidak?."
"Ah, tidak bu di luar gak hujan Cuma mendung, aja tapi gelap sekali bu, Marie takut banget tadi".
"Yo wiss toh sekarang kamu sudah di rumah, kan".
"Iya., eh mana si endut, endut,endut", marie memanggil adiknya
"Hai kakak!!", dilihatnya adiknya sedang main bersama ayah
Marie menghabiskan malam itu dengan makan malam bersama keluarganya. Ketakutan itu sekan sirna dari benaknya.
Setelah kegelapan malam yan gmencekam selalu ada kehangatan dan kebahagian yang menanti.
(Terinspirasi dari kisah nyata. Ya ampun hari jumat 27/3 kemaren mendungnya gelap banget ya...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar