Saya sedang menonton berita di TV one siang ini. Pemberitaan
tidak banyak berubah dalam seminggu ini. Yang paling miris memang masih masalah
konflik di Jalur Gaza. Alhamdulillah, hari ini sudah disepakati genjatan
senjata antara kedua belah pihak. Saya sih berharap banget genjatan senjata ini
benar-benar ditaati (apalagi oleh Israel) dan semoga genjatan senjata ini bisa
terus berlanjut selamanya. Amin.
Ada yang cukup menggelitik saya dari pemberitaan tersebut
yaitu berita tentang demo buruh. Akhir-akhir ini demo buruh lagi cukup
happening lagi ya. Kayaknya demo buruh ini gak ada habisnya kalau di Indonesia.
Kita memang harus mengakui bahwa kondisi buruh dan industri di Indonesia ini
masih buruk, belum sebaik di Jerman.
Dari pemberitaan buruh ini ada satu cerita yang ingin saya
bagikan. Waktu kuliah dulu, sekitar tahun 2011, saya pernah ikut demo buruh
dalam rangka observasi untuk tugas kuliah. Pengalaman saya mengobservasi demo
buruh benar-benar menarik, deh dan saya jadi tahu kondisi buruh dan gerakan
buruh itu sendiri.
Saya mulai perjalanan dengan teman-teman dan dosen. Kami
mengobservasi demo buruh dari salah satu organisasi buruh yang cukup terkenal,
yang pasti sering kalian lihat di berita. Bajunya merah-merah dan kita sebut
saja organisasi buruh Kecapi ya. Jadi ternyata markas organisasi buruh Kecapi
itu hanya sebuah rumah kontrakan yang mereka sewa. Markas ini Cuma salah satu
tempat untuk persiapan demo di tanggal 1 May esoknya karena cabang organisasi
mereka banyak dan tersebar di seluruh wilayah. Anggota organisasi ini cukup
banyak loh, kayaknya hampir mayoritas buruh di Indonesia. Saya gabung ke cabang
organisasi Kecapi wilayah Cikupa, Tangerang. Teman-teman ada yang dipisah untuk
melihat persiapan organisasi buruh di wilayah lain, tapi masih di Tangerang.
Singkat cerita, dari hasil pengamatan saya, ternyata
buruh-buruh Indonesia sudah cukup canggih dan sangat peka terhadap isu hak
asasi. Mereka bahkan ada yang tahu sejarah, gerakan-gerakan komunisme, apa yang
dimaksud paham sosialisme, liberalisme, dll. Ya ampun, pokoknya tinggal kasih
UTS aja mereka pasti lulus.
Tapi, kemudian saya berpikir, benarkah setiap kepekaan
mereka berasala dari dalam diri mereka
sendiri? Apakah setiap tuntunan yang mereka suarakan benar-benar berdasarkan
kepentingan mereka sendiri? Apakah gerakan kaum buruh di Indonesia benar-benar
murni dan bebas dari pengaruh kepentingan lain?
Tuh, kan, pasti kamu juga ada yang berpikir seperti ini
juga. Kalau dilihat dari pemberitaan, ternyata gerakan kaum buruh di Indonesia
tidak selalu mencerminkan aspirasi kaum buruh secara keseluruhan. Kalau kita
lihat memang banyak sekali kaum buruh yang ikut dalam setiap aksi demo. Tapi
ada juga buruh yang tetap ingin bekerja dan tidak ingin ikut aksi, namun banyak
teman-teman mereka yang sweeping dan mengancam buruh tersebut jika tidak ikut
berdemo. Kalau menurut saya, ini sudah pemaksaan banget. Kenapa harus memaksa
seseorang untuk kompak. Toh, buruh yang tetap ingin kerja saat aksi tersebut
mungkin butuh uang dan ia takut jika dikeluarkan.
Kita juga tidak boleh menyangkal pengaruh LSM asing dalam
gerakan buruh di Indonesia. Kalau kamu tidak ingin berpura-pura naif coba deh
baca artikel atau opini mengenai gerakan buruh. Banyak pakar dan pengamat yang
membenarkan bahwa gerakan buruh tersebut tidak terlepas dari strategi campur
tangan asing. Bahkan dalam mata kuliah politik perburuhan pun, dosen saya juga
mengatakan bahwa gerakan kaum buruh bisa menjadi alat dari suatu negara untuk menurunkan
daya saing investasi negara lain sehingga para investor beralih ke negaranya.
Ini benar-benar strategi yang logis dan politis. Dan memang benar saja, dari
observasi saya kepada gerakan buruh Kecapi memang ada sentuhan-sentuhan isu-isu
asing yang ditanamkan kepada para buruh tersebut. Mereka bisa memahami
konsep-konsep tersebut karena pengaruh asing tersebut. Tapi mereka pasti gak
banyak yang tahu bahwa bisa saja gerakan buruh yang mereka perjuangkan adalah alat
untuk memperburuk keadaan ekonomi di Indonesia.
Mungkin dari yang teman-teman baca, opini saya ini cenderung
tidak peduli terhadap kondisi buruh saat ini. Jangan salah sangka, saya
benar-benar tahu dan bahkan melihat sendiri kondisi buruh di Indonesia. Memang
dari segi pendapatan yang mereka dapat belum cukup apalagi dengan adanya sistem
outsourcing saat ini membuat buruh menjadi kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan jaminan sosial dan kepastian kerja.
Nah, kalau menurut saya, hal yang harus dibenarkan adalah
dari sistem pengawasan pemerintah di Depnaker sendiri. Pemerintah harus aware
akan setiap aksi buruh karena perekonomian Indonesia ditunjang investasi dan
investas ditunjang dari stabilitas politik suatu negara.
Yang terjadi saat ini, pemerintah terus menggenjot investasi
tapi gak mau kasih perhatian lebih ke perbaikan kehidupan kaum buruh.
Pemerintah membangun jalan, kawasan pabrik, dan sarana infrastruktur penunjang
investasi di Indonesia tapi sangat jarang membangun kesejahteraann kaum buruh
sendiri. Ini kan bener-bener gak
sinkron.
Mungkin momentum demo buruh di bunderan HI pagi ini bisa
membuat pemerintah sadar untuk membangun prasarana penunjang investasi dari
segi buruh nya. Selain membangun infrastruktur pemerintah juga harus
menyediakan sistem jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh warga Indonesia,
gak Cuma yang kerja formal, tapi yang informal juga bisa di cover, seperti yang
sudah dilakukan di banyak negara di Eropa. Ada
bagusnya juga disamping bangun pabrik pemerintah juga membangun rumah
susun untuk buruh.
Kalau menurut saya investasi pemerintah di perbaikan kaum
buruh pasti bisa lebih menggenjot investasi ketimbang datang ke luar negeri
langsung untuk mengundang investor. Kalau kondisi nya udah baik, investor juga
akan tertarik untuk datang sendiri kan.
Yang gak kalah penting juga pengawasan biro-biro outsourcing
tuh. Beeuh... bener-bener ya yang namanya biru outsourcing jujur jaman sekarang
jarang banget. Saya dan teman-teman yang sedang cari kerja aja sering kecele
sama perusahaan yang nawarin kerja gak taunya dia perusahaan outsourcing. Dan
gara-gara ada outsourcing gini jadi bikin peluang kerja semakin sedikit.
Otomatis perusahaan gak jadi harus pasang lowongan kerja, karena biro outsource
sendiri yang akan urus.
Pemerintah harus mengawasi lagi perusahaan outsourcing di
Indonesia karena banyak yang gak sesuai peraturan. Kalau perlu buat hotline
pengaduan seputar outsourcing. Memang yang namanya outsourcing ini bikin tenaga
kerja, terutama buruh, jadi berkurang pendapatan dan hak-hak fasilitasnya.
Memang sulit untuk menghapuskan sistem outsourcing karena sudah jadi tren di
dunia. Yang sebaiknya dilakukan adalah pentertiban perusahaan outsourcing
tersebut.
Saya sebagai mahasiswa juga termasuk buruh juga nantinya.
Semua orang baik yang kerja di sektor formal, pabrik, atau pemerintah juga
termasuk buruh. Kita semua sama dan ingin satu hal yang juga sama, yaitu
keadilan. Demo buruh bukan hal yang salah dan sah-sah saja dilakukan
hanya saja kita juga tidak boleh naif terhadap isu-isu dan jangan lupa
memperhatikan kondisi ekonomi untuk jangka ke depannya.